Jumat, 05 Juli 2013

Setelah Anak Gemar Membaca, Selanjutnya ... Menulis

Ya. Itu adalah hubungan sebab akibat yang
menguntungkan. Ketika anak sudah "gila" baca, disadari atau tidak, dia akan mulai menulis. Dia juga ingin menuliskan sesuatu, sama seperti orang yang menulis sesuatu dalam buku yang dibacanya. Tentu saja ini adalah kabar gembira, karena orang yang suka menulis kelak akan mendapat keuntungan yang luar biasa dalam sebagian besar pekerjaan.

Anak yang suka menulis, biasanya lebih memahami apa yang dibacanya. Ini membentuk semacam siklus: membaca-memahami-menulis-membaca-memahami-menulis. Jika sudah gemar membaca, anak akan lebih "terlatih" untuk memahami apa yang dibacanya. Karena sudah paham, anak akan tergerak untuk menulis. Kemudian, karena sering menulis, anak akan lebih membutuhkan/haus bacaan yang lebih baik. Setelah memahami bacaan tersebut, anak akan menulis tentang sesuatu yang lebih baik pula dari tulisan-tulisan awalnya. Dan itu akan berlanjut terus, hingga seiring berjalannya waktu, kemampuan menulisnya pun akan semakin baik.

Bagaimana memotivasi anak agar gemar menulis?
Pada tahap awal, tentu saja orangtua terlebih dulu memotivasi anak untuk membaca. Setelah tahap itu terlewati, orangtua dapat mulai membiasakan anak menulis apa saja, baik itu pengalaman sehari-hari, curhat, atau apa pun yang ingin ditulis anak. Dalam hal ini, bila tulisan anak masih "kacau", diharapkan orangtua bisa menahan diri untuk tidak mengkritik di tahap-tahap awal dia belajar menulis dan tidak menuntut kesempurnaan. Karena bisa jadi, anak akan "down" dan tidak ingin menulis lagi. Sebaliknya, berikan dukungan untuk anak. Meskipun tulisannya masih acak-acakan, tidak fokus, buruk, dll, orangtua bisa mencari "sisi positif" dari tulisan itu yang pantas dipuji. Misalnya, "Wah, Dede udah bisa nulis agak panjang, ya, sekarang!" Atau, "Dede tambah rajin, deh, nulisnya. Bisa jadi penulis besar nanti, nih!"
Dan, yang paling penting, orangtua sebaiknya tetap menghargai privasi anak dan menghargai anak sebagai penulis. Jika anak tidak ingin/malu tulisannya dibaca oleh orangtua, maka tidak usah "ngotot" ingin mengintip-intip tulisannya.

Jika kemampuan menulis anak sudah semakin baik, orangtua bisa mulai memberi dukungan dengan mengirimkan karyanya ke majalah atau mengikutkan karyanya dalam lomba-lomba penulisan. Orangtua juga bisa mendorong anak untuk menerbitkan karyanya sendiri dalam lingkup terbatas, misalnya untuk dibaca keluarga atau teman-temannya.

Anak yang masih kecil belum bisa "bergerak" sendiri untuk mewujudkan impiannya menjadi penulis. Karena itu, sebaiknya orangtua menyediakan waktu untuk memahami bagaimana cara merealisasikan keinginan anak menjadi penulis. Misalnya, membantu teknis pengiriman karya, termasuk mencari tahu alamat penerbit atau majalah anak-anak, syarat-syarat pengiriman, menghubungkan anak dengan penerbit melalui e-mail, sampai ke pos/kurir untuk mengirimkan hard copy karya anak.

Peran orangtua dalam hal ini memang sangat dibutuhkan. Dan bukan tak mungkin, karena seringnya berurusan dengan dunia penulisan untuk mendukung anak, orangtua yang tadinya tidak pernah menulis (karya) pun bisa ketularan menulis. Jadi, tidak ada ruginya, kan, menyisihkan waktu untuk anak dalam hal baik ini? []

1 komentar:

  1. makasih banyak .. artikelnya sangat bermanfaat sekali .. sukses selalu

    BalasHapus