Ya. Itu adalah hubungan sebab akibat yang
menguntungkan.
Ketika anak sudah "gila" baca, disadari atau tidak, dia akan mulai
menulis. Dia juga ingin menuliskan sesuatu, sama seperti orang yang
menulis sesuatu dalam buku yang dibacanya. Tentu saja ini adalah kabar
gembira, karena orang yang suka menulis kelak akan mendapat
keuntungan yang luar biasa dalam sebagian besar pekerjaan.
Anak yang suka menulis, biasanya lebih memahami apa yang dibacanya.
Ini membentuk semacam siklus:
membaca-memahami-menulis-membaca-memahami-menulis. Jika sudah gemar
membaca, anak akan lebih "terlatih" untuk memahami apa yang dibacanya.
Karena sudah paham, anak akan tergerak untuk menulis. Kemudian, karena
sering menulis, anak akan lebih membutuhkan/haus bacaan yang lebih
baik. Setelah memahami bacaan tersebut, anak akan menulis tentang
sesuatu yang lebih baik pula dari tulisan-tulisan awalnya. Dan itu
akan berlanjut terus, hingga seiring berjalannya waktu, kemampuan
menulisnya pun akan semakin baik.
Bagaimana memotivasi anak agar gemar menulis?
Pada tahap awal, tentu
saja orangtua terlebih dulu memotivasi anak untuk membaca. Setelah
tahap itu terlewati, orangtua dapat mulai membiasakan anak menulis apa
saja, baik itu pengalaman sehari-hari, curhat, atau apa pun yang ingin
ditulis anak. Dalam hal ini, bila tulisan anak masih "kacau",
diharapkan orangtua bisa menahan diri untuk tidak mengkritik di
tahap-tahap awal dia belajar menulis dan tidak menuntut kesempurnaan.
Karena bisa jadi, anak akan "down" dan tidak ingin menulis lagi.
Sebaliknya, berikan dukungan untuk anak. Meskipun tulisannya masih
acak-acakan, tidak fokus, buruk, dll, orangtua bisa mencari "sisi
positif" dari tulisan itu yang pantas dipuji. Misalnya, "Wah, Dede udah
bisa nulis agak panjang, ya, sekarang!" Atau, "Dede tambah rajin, deh,
nulisnya. Bisa jadi penulis besar nanti, nih!"
Dan, yang paling penting, orangtua sebaiknya tetap menghargai privasi
anak dan menghargai anak sebagai penulis. Jika anak tidak ingin/malu
tulisannya dibaca oleh orangtua, maka tidak usah "ngotot" ingin
mengintip-intip tulisannya.
Jika kemampuan menulis anak sudah semakin baik, orangtua bisa mulai
memberi dukungan dengan mengirimkan karyanya ke majalah atau
mengikutkan karyanya dalam lomba-lomba penulisan. Orangtua juga bisa
mendorong anak untuk menerbitkan karyanya sendiri dalam lingkup
terbatas, misalnya untuk dibaca keluarga atau teman-temannya.
Anak yang masih kecil belum bisa "bergerak" sendiri untuk mewujudkan
impiannya menjadi penulis. Karena itu, sebaiknya orangtua menyediakan
waktu untuk memahami bagaimana cara merealisasikan keinginan anak
menjadi penulis. Misalnya, membantu teknis pengiriman karya, termasuk
mencari tahu alamat penerbit atau majalah anak-anak, syarat-syarat
pengiriman, menghubungkan anak dengan penerbit melalui e-mail, sampai
ke pos/kurir untuk mengirimkan hard copy karya anak.
Peran orangtua dalam hal ini memang sangat dibutuhkan. Dan bukan tak
mungkin, karena seringnya berurusan dengan dunia penulisan untuk
mendukung anak, orangtua yang tadinya tidak pernah menulis (karya) pun
bisa ketularan menulis. Jadi, tidak ada ruginya, kan, menyisihkan waktu
untuk anak dalam hal baik ini? []
makasih banyak .. artikelnya sangat bermanfaat sekali .. sukses selalu
BalasHapus