Pada
hari Sabtu, 28 September 2013 lalu, saya berkesempatan untuk menyampaikan
materi penulisan kepada para mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh. Tentu saya sangat senang karena dapat berbagi ilmu dengan alumni
sendiri. Seminar penulisan bertema “Goresan Pena untuk Dunia” merupakan salah
satu kegiatan dari rangkaian acara Ladies on the Shoot yang diadakan
oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) MIPA Unsyiah.
Dalam seminar tersebut, saya
menyampaikan materi bertajuk “Write Your Life”, yang berisikan motivasi,
penjelasan, dan trik-trik bagaimana agar para mahasiswa dapat menulis dengan
mudah. Seperti diketahui, salah satu kendala dari penulis pemula adalah
sulitnya menemukan ide. Padahal, ide tersebar di mana-mana, hanya kita yang
tidak peka untuk menangkapnya. Sumber ide terbesar dan tak pernah habis justru
adalah hidup kita sendiri. Dan, menuliskan kisah hidup pribadi merupakan cara
menulis paling mudah. Karena, ceritanya sudah ada, tokoh-tokohnya pun nyata, tinggal
bagaimana kita menuliskannya saja.
Dalam materi tersebut, saya juga
menjelaskan, meskipun yang ditulis adalah kisah pribadi, tetapi kita tetap
harus mempunyai tujuan; untuk apa cerita tersebut dituliskan, apakah untuk
memberi inspirasi kepada orang lain, untuk menghibur, rekam jejak, atau bahkan
untuk pencitraan. Tak hanya itu, cerita pribadi juga harus dituliskan sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan yang umum agar cerita menjadi lebih menarik dan
lebih mudah dipahami oleh pembaca.
Namun, menuliskan kisah pribadi juga memerlukan keberanian.
Bisa jadi yang kita ceritakan itu merupakan aib atau kejadian yang tidak
menyenangkan. Untuk itu, kita mempunyai pilihan dalam memublikasikan tulisan
tersebut; apakah dalam bentuk memoar yang jelas-jelas menampakkan jati diri
kita, atau dalam bentuk memoar tetapi memakai nama samaran, atau bisa juga
dalam bentuk novel yang berarti dikemas dalam balutan fiksi. Masing-masing
pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Di akhir materi, saya juga memberikan tips bagaimana
menuliskan artikel perjalanan bagi para mahasiswa yang senang melakukan traveling
ke berbagai daerah atau tempat-tempat yang menarik.
Antusiasme para mahasiswa tampak jelas dengan banyaknya
pertanyaan yang dilontarkan dalam sesi tanya jawab. Sayangnya, keterbatasan
waktu membuat beberapa peserta tidak mendapat giliran untuk bertanya. Saya harap,
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan dapat mewakili jawaban
untuk pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Usai memberikan materi, tiba-tiba MC memberikan saya
sepiring buah-buahan. Saya ditantang untuk membuat cerita spontan dengan
buah-buahan tersebut. Tentu saja saya kaget, tidak menyangka akan ditodong
seperti itu. Namun, saya tetap mencoba melakukannya. Lalu, saya mengambil sebuah
apel, sebuah salak, dan setangkai anggur yang ada di piring buah itu.
Saya membuat cerita tentang si Anggur yang ingin berubah
menjadi salak. Karena tubuhnya yang lunak dan mudah rusak (bonyok), Anggur
ingin mempunyai kulit yang keras agar tubuhnya lebih terlindungi. Anggur
meminta pendapat Apel. Apel menyarankan Anggur menutup rapat dirinya dengan
plastik agar tubuhnya tak mudah bonyok bila terkena sesuatu. Setelah Anggur
menyelubungi dirinya dengan plastik, keesokan harinya dia mendapati tubuhnya bonyok
akibat tertutup rapat oleh plastik tanpa sirkulasi udara.
Para peserta memberikan aplaus meriah setelah saya selesai bercerita.
Sesi saya pun kemudian berakhir, dilanjutkan dengan sesi berikutnya yang diisi
oleh penulis novel R. H. Fitriadi.[]