Sabtu, 19 Oktober 2013

Seminar Penulisan BEM MIPA Unsyiah



Pada hari Sabtu, 28 September 2013 lalu, saya berkesempatan untuk menyampaikan materi penulisan kepada para mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Tentu saya sangat senang karena dapat berbagi ilmu dengan alumni sendiri. Seminar penulisan bertema “Goresan Pena untuk Dunia” merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian acara Ladies on the Shoot yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) MIPA Unsyiah. 

            Dalam seminar tersebut, saya menyampaikan materi bertajuk “Write Your Life”, yang berisikan motivasi, penjelasan, dan trik-trik bagaimana agar para mahasiswa dapat menulis dengan mudah. Seperti diketahui, salah satu kendala dari penulis pemula adalah sulitnya menemukan ide. Padahal, ide tersebar di mana-mana, hanya kita yang tidak peka untuk menangkapnya. Sumber ide terbesar dan tak pernah habis justru adalah hidup kita sendiri. Dan, menuliskan kisah hidup pribadi merupakan cara menulis paling mudah. Karena, ceritanya sudah ada, tokoh-tokohnya pun nyata, tinggal bagaimana kita menuliskannya saja.
            Dalam materi tersebut, saya juga menjelaskan, meskipun yang ditulis adalah kisah pribadi, tetapi kita tetap harus mempunyai tujuan; untuk apa cerita tersebut dituliskan, apakah untuk memberi inspirasi kepada orang lain, untuk menghibur, rekam jejak, atau bahkan untuk pencitraan. Tak hanya itu, cerita pribadi juga harus dituliskan sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang umum agar cerita menjadi lebih menarik dan lebih mudah dipahami oleh pembaca. 

Namun, menuliskan kisah pribadi juga memerlukan keberanian. Bisa jadi yang kita ceritakan itu merupakan aib atau kejadian yang tidak menyenangkan. Untuk itu, kita mempunyai pilihan dalam memublikasikan tulisan tersebut; apakah dalam bentuk memoar yang jelas-jelas menampakkan jati diri kita, atau dalam bentuk memoar tetapi memakai nama samaran, atau bisa juga dalam bentuk novel yang berarti dikemas dalam balutan fiksi. Masing-masing pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Di akhir materi, saya juga memberikan tips bagaimana menuliskan artikel perjalanan bagi para mahasiswa yang senang melakukan traveling ke berbagai daerah atau tempat-tempat yang menarik.
Antusiasme para mahasiswa tampak jelas dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan dalam sesi tanya jawab. Sayangnya, keterbatasan waktu membuat beberapa peserta tidak mendapat giliran untuk bertanya. Saya harap, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan dapat mewakili jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Usai memberikan materi, tiba-tiba MC memberikan saya sepiring buah-buahan. Saya ditantang untuk membuat cerita spontan dengan buah-buahan tersebut. Tentu saja saya kaget, tidak menyangka akan ditodong seperti itu. Namun, saya tetap mencoba melakukannya. Lalu, saya mengambil sebuah apel, sebuah salak, dan setangkai anggur yang ada di piring buah itu.

Saya membuat cerita tentang si Anggur yang ingin berubah menjadi salak. Karena tubuhnya yang lunak dan mudah rusak (bonyok), Anggur ingin mempunyai kulit yang keras agar tubuhnya lebih terlindungi. Anggur meminta pendapat Apel. Apel menyarankan Anggur menutup rapat dirinya dengan plastik agar tubuhnya tak mudah bonyok bila terkena sesuatu. Setelah Anggur menyelubungi dirinya dengan plastik, keesokan harinya dia mendapati tubuhnya bonyok akibat tertutup rapat oleh plastik tanpa sirkulasi udara.
Para peserta memberikan aplaus meriah setelah saya selesai bercerita. Sesi saya pun kemudian berakhir, dilanjutkan dengan sesi berikutnya yang diisi oleh penulis novel R. H. Fitriadi.[]