Beberapa
  tahun lalu, sepulang berlibur di kota Wina, ibu kota Austria, saya dan
  keluarga menyempatkan mampir di kota Salzburg. Kami naik kereta pagi  
dari Wina dan tiba di Salzburg sekitar pukul sepuluh. Rencananya, kami  
akan menghabiskan waktu beberapa jam untuk melihat-lihat suasana di  
Altstadt, kota tua yang penuh sejarah dan dipertahankan keasliannya  
sebagai salah satu situs kebudayaan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO,  
sebelum kembali ke Leipzig, Jerman. Salzburg sendiri merupakan kota  
terbesar keempat di Austria yang terletak di bagian Utara Pegunungan  
Alpen dan dikelilingi oleh dua gunung kecil, Monchsberg dan Kapuzinerberg.
 
- Suasana kota Salzburg
 Nama
  Salzburg yang berarti kota garam berkaitan dengan kejayaan garam di  
masa lampau. Ya, tanpa garam, tentu tak enak makan! Sehingga para  
pekerja di Salzburg tak keberatan dibayar dengan garam. Selain itu,  
Salzburg juga dikenal sebagai kota kelahiran komponis musik klasik  
terkenal, Wolfgang Amadeus Mozart, yang telah menciptakan karya-karya  
musik jenius dan tetap abadi sampai sekarang. 
 
- Sungai Salzach
 Setelah
  sampai di stasiun kereta Salzburg, perjalanan dilanjutkan dengan bus. 
 Tak lama, hanya beberapa halte. Sungai Salzbach yang bersih langsung  
menyambut kami begitu turun dari bus. Kami berjalan kaki menyusuri  
jembatan menuju jalan Getreidegasse di Altstadt. Suasana klasik dan  
tenang langsung terasa. Gedung-gedung tua dengan arsitektur Baroque  
masih berdiri megah dan terawat baik, seolah waktu tak mampu menghapus  
jejaknya. Penjual suvenir, makanan, dan pemain musik jalanan tampak  
sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. 
 
- Altstadt dari jembatan
 
- Penjual pretzel, yang manis pakai gula tabur, yang asin pakai biji wijen.
Pemandangan anak-anak muda yang membawa alat musik dalam kotaknya terasa lazim di kota ini, terutama di seputaran Haus fr Mozart,
  tempat diadakannya event-event musik rutin. Saya langsung teringat 
pada  masa remaja saya dulu yang juga kerap membawa-bawa alat musik 
karena  saya aktif di drum band. Jadi pengen!
 
- House for Mozart

Salah
  satu keunikan Altstadt adalah adanya lorong-lorong kuno yang diisi  
dengan berbagai toko sehingga suasananya mirip berbelanja di dalam  gua.
 Tapi, saya kok merasa suasananya suram dan seram, ya? Jadinya malah  
tidak berselera untuk berbelanja. :D 
 
- Jalan menuju Kapuzinerberg
 
- Siapa mau main catur raksasa ini?
Dari
  Altstadt ini, kita juga dapat melihat Festung Hohensalzburg, sebuah  
benteng terbesar di Eropa Tengah yang dibangun pada tahun 1077 dan masih
  utuh berdiri di atas puncak bukit sampai sekarang. Kami tak masuk ke  
sana mengingat waktu yang tak memungkinkan karena kami harus mengejar  
kereta sore menuju Mnchen (Munich), Jerman, untuk mengunjungi seorang teman.
 
- Festunghohensalzburg dari bawah
 
- Universitas Salzburg
Kami
  langsung berjalan lagi menuju Residence Gallery. Di perjalanan, kami  
menemukan sebuah patung unik sekaligus menyeramkan, karena bentuknya  
seperti hantu di film Scream, tetapi wajahnya tidak ada alias bolong. 
 
- Patung seram
Ternyata,
  kami sudah berada di dekat Salzburger Domgrabungen Museum atau biasa  
disebut Domgrabungsmuseum, sebuah museum penggalian arkeologi yang  
terletak di bawah tanah Dom dan Residenplatz Square. Museum ini  
merupakan semacam pengantar untuk mengetahui bagaimana keadaan sebuah  
kota khas Romawi di masa lalu.
 
- Domgrabungsmuseum
 
- Jenggot si Mbah
Sampailah
  kami di Residence Gallery, yang berisi aneka lukisan Eropa dari abad 
16  sampai abad 19. Kebanyakan lukisan di dalamnya merupakan koleksi  
lukisan Belanda, Italia, Perancis, dan Austria sendiri. Para pelukis  
jalanan terlihat mangkal di depan Residence Gallery untuk menawarkan  
jasa melukis diri wisatawan. Lukisannya bagus-bagus dan mirip orang  
aslinya. Sayang, antrenya cukup lama. Satu orang saja membutuhkan waktu 
 yang lumayan. Bagi kami yang terburu-buru, tak mungkin dapat membawa  
pulang lukisan diri meskipun sangat ingin.
 
- Residence Gallery
 
- Residenzbrunnen
Akhirnya
  kami memutuskan segera kembali ke stasiun kereta setelah membeli  
beberapa suvenir sebagai kenang-kenangan. Meskipun tak semua tempat  
menarik di Salzburg sempat kami kunjungi, tak apalah, yang penting sudah
  melihat kota tua yang unik dan bersejarah ini. Mudah-mudahan kami bisa
  datang lagi suatu hari nanti.[Be]
(Tulisan ini menjadi headline www.kompasiana.com tanggal 2 Juli 2013)
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar