Jumat, 30 Desember 2011

Alhamdulillah ... Apresiasi yang Luar Biasa bagi Saya

http://www.scribd.com/doc/73548784/Tokoh-Yang-Saya-Kagumi



Tokoh yang saya kagumi ada 3. Sebenarnya lebih dari itu, saya mempunyai banyak tokoh yang saya kagumi karena saya dapat mengambil banyak pelajaran dan manfaat. Namun jika dikaitkan dengan bakat saya, ketiga tokoh inilah yang menurut saya adalah tokoh yang memberikan saya inspirasi, pelajaran dan contoh untuk lebih memaksimalkan bakat saya. Ketiga tokoh itu adalah Raditya Dika, Beby Haryanti Dewi, dan Darwis Tere-Liye. Mereka bertiga adalah penulis terkenal. Mungkin tidak seterkenal Habiburrahman El-Shirazy yang menulis bebrapa novel fenomenal, tapi ketiga tokoh inilah yang membuat saya semakin termotivasi untuk menulis. Kejujuran mereka dalam menulis, mengekpresikan apa yang mereka rasakan ke dalam tulisan membuat saya bersemangat untuk menulis. Bahkan dari curhatan Raditya dan Beby, orang lain bisa tersenyum. Memang sepintas apa bagusnya curhatan kita sendiri. Tapi mereka berdua menyajikannya dengan lebih baik. Mereka bisa melihat sisi lain dari dunia yang kebanyakan orang menganggapnya biasa. Imajinasi mereka yang lebih daripada orang lain mengantarkan cerita-cerita keseharian mereka menjadi sajian yang layak untuk dibaca masyarakat, terutama untuk mengobati stres. Saya memang memiliki bakat untuk berimajinasi “lebay” dalam cara pandang saya, saya suka sekali melihat sesuatu dari sisi yang lain, yang tidak biasa dengan orang lain. Hal ini yang menurut saya adalah salah satu bakat saya dalam menunjang bakat saya yang lainnya yaitu menulis. Ternyata benar pernyataan bahwa masalah akan timbul jika kita menganggapnya sebagai masalah. Dan Raditya serta Beby melihat sisi lain dari masalah yang mereka hadapi sehari-hari, berimajinasi bahwa kejadian yang menurut orang lain itu biasa lalu mereka kemas dengan imajinasi mereka menjadi cerita lucu yang bahkan membuat orang lain tertawa gembira. Dan mereka berdua menulis dengan jujur, apa adanya. Itu juga yang membuat saya tersadar bahwa saya berbakat untuk menulis opini-opini, ide-ide saya, pemikiran saya ke dalam tulisan. Saya merasa senang menuliskan ide-ide saya, itu seperti menuliskan komentar saya terhadap sesuatu dan itu membuat saya merasa lega karenanya. Saya bukanlah orang yang terlalu komunikatif dalam berbicara, sayatidak terlalu suka basa basi, terkadang saya kurang bisa menyampaikan isi hati saya ketika berbicara. Tetapi ketika menulis, saya bisa mengeksplor diri saya. Mengungkapkan apa yang saya rasakan ke dalam tulisan-tulisan saya. Dalam beberapa kesempatan, Raditya dika juga banyak memberikan saya pelajaran bagaimana cara menulis yang baik. Bagaimana saya harus menulis yang padat dan tidak bertele-tele namun enak untuk dibaca.


Untuk Darwis Tere-Liye, ialah yang memberikan sebuah pelajaran bagaimana mengekpresikan keadaan sekitar saya menjadi sebuah tulisan yang indah. Kata-katanya dalam menggambarkan setting dalam setiap bukunya membuat saya kagum. Saya merasa bahwa saya berada di tempat itu ketika saya membacanya. Tere-liye begitu detail dalam menggambarkan situasi tersebut. Karena saya pun menyukai kata-kata yang puitis, maka saya pun terpesona pada setiap kata yang ia tuliskan ketika menggambarkan suasana baik emosi maupun lingkungannya. Saya mendapat pelajaran ketika membaca buku-bukunya. Saya lebih senang belajar dengan membaca dan melihat karyanya dari pada hanya sekedar tips-tips dan sebagainya, karena contoh realnya dapat saya lihat langsung dan ketika mempraktekkan tidak sesulit jika tidak melihat contoh. Yang saya lihat dari seorang Tere-liye adalah juga cerita-cerita dalam bukunya yang membuat saya terinspirasi. Ia bisa membuat tokoh yang nyata dan tidak berlebihan namun membuat pembacanya menjadi termotivasi untuk menjadi seperti tokoh tersebut. Saya memiliki beberapa buku hasil karya Tere-liye, dan buku-buku tersebut membuat saya termotivasi untuk  berusaha. Dalam buku-bukunya, Tere-liye juga mengajarkan bahwa tidak ada suatu usaha pun yang sia-sia dan itu ia gambarkan dalam tokoh-tokoh dalam bukunya. Saya ingin sekali seperti Tere-liye yang dapat menginspirasi setiap orang yang membaca tulisan saya, yang menjadi lebih bersemangat ketika selesai membaca tulisan saya, serta tersadar bahwa di sekeliling kita terdapat suatu realita yang pelik namun itu semua dapat dihadapi dengan usaha. Saya senang menulis apa yang sedang saya rasakan, yang saya pikirkan, yang saya lihat di sekeliling saya sehingga ketiga tokoh itulah yang saya kagumi dari sekian banyak tokoh yang saya kagumi. Kejujuran dalam menulis adalah bakat saya. Semua yang ada dalam tiga tokoh tersebut membuat saya terinspirasi dan telah
memberi saya banyak pelajaran untuk menjadi penulis yang lebih baik. Saat ini saya memang belum memaksimalkan bakat saya itu, tapi saya masih dalam proses melejitkan bakat saya, dan saya akan terus berusaha untuk memaksimalkan bakat yang saya miliki agar dapat bermanfaat bagi diri saya dan orang lain.

Biografi:
1.Raditya Dika Nasution. Mengawali karir menulisnya dari buku diary. Ia senang menuliskan apa saja yang telah ia jalani seharian menjadi cerita yang unik dan lucu. Lalu menginjak masa SMA hobinya curhat tersebut ia tuangkan ke dalam bentuk  blog. Dan blog itu ia promosikan kepada teman-temannya. Ternyata banyak komentar-komentar yang menyukai tulisan-tulisannya di blog tersebut. Sehingga akhirnya tulisan-tulisan curhat Raditya Dika dibukukan, yang berjudul Kambing Jantan. Buku yang ditulis Raditya Dika hingga saat ini adalah Kambing Jantan, Babi Ngesot, Radikus Makankakus, Marmut Merah Jambu, Komik Kambing Jantan (bersama Dio). Selain itu, buku Kambung Jantan pun sudah di filmkan, dan Raditya Dika sendiri lah yang menulis skenarionya, dan ada beberapa film yang skenarionya ditulis oleh RadityaDika. Sampai saat ini ia masih aktif menulis di blognya, radityadika.com dan tweeternya di @radiytadika. Selain menulis, Raditya Dika juga masih tercatatsebagai mahasiswa FISIP UI. Dan dulu ia juga pernah kuliah di salah satu universitas di Aldelaide, Australia.

2.Beby Haryanti Dewi adalah seorang ibu dari 3 orang anak yang masih kecil-kecil. Ia adalah seorang sarjana kimia, namun ia lebih senang menulis dibandingkan berurusan dengan zat-zat kimia. Novel pertamanya yang ia tulis sendiri adalah Diary Dodol Seorang Istri. Seperti judulnya, itu merupakan cerita kehidupannya yang menjadi seorang ibu dan seorang istri. Cerita-cerita kehidupannya ia kemas menjadi cerita lucu yang layak untuk dibaca. Setelah sukses dengan buku tersebut, ia akhirnya menulis kembali, buku lanjutan dari buku sebelumnya yang kemudian diberi judul Diary Dodol (Lagi) Seorang Istri. Selain kedua buku tersebut, ia juga menulis beberapa buku bersamadengan penulis lainnya. Buku-buku yang memuat tulisannya antara lain, Suparman Pulang Kampung, Catatan Hati Seorang Istri, Oh Baby Blues, dan masih banyak lagi.

3.Darwis Tere-Liye. Tere-Liye adalah sosok sederhana yang berasal dari sebuah kampung yang dikepung hutan, dirantai sungai, dan dibentengi bukit-bukit. Ia menghabiskan masa kanak-kanak dengan bertelanjang kaki memunguti cempedak jatuh, menyibak salak liar, menunggu durian, pandai memanjat pohon, memancing di lubuk kampung, bermalam di kebun, dikejar babi dan mengejar babi. Ia menulis sebuah buku best seller yang berjudul Hafalan Shalat Delisa yang menceritakan kehidupan seorang anak kecil korban tsunami. Iamenggambarkan sosok Delisa begitu nyata sehingga banyak dari pembacanyayang ikut terharu dan merasa berada dalam cerita tersebut. Buku-buku lainnya yang ia tulis pun seperti itu. Seakan-akan Tere-Liye mengalami cerita tersebut sehingga ia bisa begitu nyata menggambarkan tokoh-tokoh dalam bukunya. Sederhana saja, Tere-Liye mencoba menyampaikan pemahaman bahwa hidup ini sungguh sederhana. Bekerja keras, namun selalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima kasih maka Tere-Liye percaya, sejatinya kita sudah menggenggam kebahagiaan hidup ini.

Kaitannya dengan Teori Inteligensi dan Bakat

Seperti yang dikatakan Edward Lee Thorndike dalam teorinya yang ia klasifikasikan dalam 3 bentuk kemampuan, dan salah satunya yaitu Kemampuan abstraksi
suatu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol. Untuk menjadi seorang penulis, seseorang haruslah memiliki kemampuan abstraksi, kemampuan berpikir abstrak. Apalagi jika ia adalah penulis karya fiksi. Tere-Liye, dalam karya-karyanya ia mampu menciptakan tokoh-tokoh yang tidak  biasa. Tokoh yang ia ciptakan dalam karyanya terkesan sederhana, banyak kita temui di sekitar kita, namun mereka semua menginspirasi. Begitu pula dengan Raditya Dika dan Beby Haryanti Dewi. Tetapi berbeda denganTere-Liye, mereka menulis karya non fiksi yaitu mengenai kehidupannya. Tetapi, Raditya Dika mengemasnya menjadi suatu cerita yang menarik untuk publik. Hal ini dapat dilakukan jika lah seorang penulis memiliki kemampuan abstraksi. Saya mengambil teori ini karena saya rasa, inilah bakat dasar dan yang terpenting yang harus dimiliki oleh seorang penulis untuk mendukung karirnya. Bakat sebagai aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih (Conny Semiawan, dkk,. 1984). Seperti pernyataan di atas. Bakat adalah sesuatu yang potensial dan harus dilatih. Untuk itu, saya masih terus melatih bakat saya dalam menulis dan terus belajar sesuai dengan konsentrasi saya dalam menulis serta kita harus belajar dari ahlinya yang angkat di sini adalah Raditya Dika, BebyHaryanti Dewi dan Darwis Tere-Liye.


1 komentar:

  1. Masya Allah...
    And for Me too...
    You are my inspiration Cek Gu.
    My first teacher of writing...
    #

    BalasHapus