Sabtu, 27 September 2014

http://aceh.tribunnews.com/2014/09/21/beby-haryanti-menulis-itu-bersenang-senang

“SAYA menulis karena senang. Menulis itu bersenang-senang. Saya puas bisa berbagi ilmu, pelajaran, dakwah. Semua itu telah mengisi batin saya. Ketika seseorang menemukan suatu kebahagiaan atau solusi dari permasalahannya karena tulisan saya, betapa puasnya saya. Saya bahagia, berlega hati bisa berbagi.”
Itulah sederet rasa yang diungkap novelis kelahiran Rantau, Aceh Tamiang, 7 Februari 1974, guru bahasa Jerman, Sarjana Sains Unsyiah, dan ibu rumah tangga bernama Beby Haryanti Dewi, yang juga penulis scenario untuk televisi swasta nasional, dan editor sejumlah penerbit nasional. 
Mulanya, jenuh di rumah ketika ikut suami kuliah di Jerman, lalu killing time dengan browsing ke situs-situs, blog, hingga suatu hari sekitar tahun 2002 Beby mampir di blog Asma Nadia (novelis, penyair, dan penulis kondang Indonesia).
Beby tertarik. “Wah, ada undangan menulis. Iseng saya coba kirim nonfiksi kisah inspiratif. Ternyata, tiga hari kemudian dijawab, dan saya diterima. Waktu itu, tak percaya rasanya karya saya dibukukan bersama 14 penulis ternama. Saya belum pernah belajar menulis. Lalu bukunya terbit. Aduh, ketika terbit, saya pingin rasanya tersenyum sepanjang hari. Saya rupanya bisa menulis ya? Oh, tidak percaya, amazing rasaya,” ungkap Beby sumringah mengenang masa permulaan dia menulis. 
Dengan secercah asa dan rasa percaya diri itulah Beby pun mulai belajar menulis secara otodidak. Lahirlah novel pertamanya tentang obat terlarang dengan konsumen anak SD, setebal 30 halaman, tahun 2006. Waktu itu penerbit hanya memberi waktu satu minggu saja kepada Beby. Perempuan kuning langsat ini was-was juga sih, tapi tawaran menjadi tantangan juga baginya.
Seperti itulah kisah Beby terjun ke dunia tulis menulis. Tetapi mengapa Beby lebih membidik pembaca anak dan remaja, padahal dia seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak pula? Karena fakta novel-novel genre itulah yang sedang laris manis di pasaran? “Oh tidak, tidak. Saya memang suka anak-anak dan remaja. Dunia mereka dunia ceria, jujur dan apa adanya, dimana kitapun bisa memasukkan ide-ide dan pikiran bagi pembentukan masa depan mereka. Saya kemas ringan, mengalir, sesuai dengan dunia mereka, tidak ribet seperti novel-novel bagi pembaca dewasa. Ada sih, yang meminta saya membuat novel dewasa. Tapi nantilah.”
Suaminya, Dr.rer.nat Ilham Maulana SSi, telah mewarnai karir menulisnya. Mungkin ada satu kelegaan bagi Beby ketika sang suami bersepaham dengan ide-ide novel karyanya. “Bagi cerita-cerita nonfiksi saya, suami sayalah pembaca pertamanya. Saya tahu beliau sangat sibuk. Namun tetap sempat berdiskusi, memberi masukan bagi novel saya. Saya konsultasikan, pantas tidak pantasnya novel saya diterbitkan. Kalau sudah sepaham, itu menjadi kelegaan bagi saya.” So, setelah ada restu dari sang suami, maka merdekalah novel-novel nonfiksi Beby melanglang Nusantara menjumpai peminat dan penikmatnya. Lebih bergengsi, karena telah diakui oleh penerbit taraf nasional.
Tidak bisa dibantah lagi bila novel-novel Beby sudah memiliki pangsa tersendiri, dan dari amatan Serambi, dialog-dialog dalam novel Beby memang tajam dan dinamis. Lalu menurut dia, mengapa banyak penulis perempuan Aceh tak lancar menjajaki dunia pasar? “Betul ya, penulis perempuan Aceh banyak yang hebat-hebat sebenarnya. Tapi mengapa mereka lalu seperti jalan di tempat? Mungkin tulisan-tulisan mereka yang sering menang lomba itu, belum tentu laku ke dunia penerbitan. Inilah dilemmanya,” kata Beby dengan nada ikut prihatin.
Serambi lalu meminta saran Beby bagi penyuka ruang tulis menulis. Beby sejenak terdiam. Seolah tak berani sesumbar apalagi menggurui publik. “Menurut saya, yang pertama itu, jadilah penulis yang jujur. Kitapun tak boleh latah menulis hal sama seperti ditulis orang lain. Kita harus menjadi diri sendiri yang beda. Harus percaya bahwa setiap buku itu punya jodohnya. Punya pembacanya sendiri.”
Begitulah, hingga saat ini Beby telah mempublikasi 43 karya genre antologi, novel anak, novel remaja, nonfiksi, dongeng anak, kumpulan cerita, picbook, chapter book, scenario, script televisi, dan Letusan Vesuvius yang Misterius bergenre artikel.   
Akhirnya yang ter-up date ada dua buku terbaru Beby, Bern dan Boldy Bertualang ke Antartika (Al-Kausar Kids, 2014), dan Catatan Hati Pengantin yang dikeluarkan Asa Nadia Publishing House, 2014. Selain mengajar bahasa Jerman, mengelola les menulis, pemateri seminar-seminar, dan mengasuh ketiga buah hatinya, 
keseharian Beby terbagi pula di http://bebyharyantidewi.blogspot.com, dan bebymaulana@gmail.com. Mau berselancar di lautan ide dan pikiran mantan head teller sebuah bank ini? Terserah Anda.(nani hs)