[Resensi]: Televisi Imajinasi Itu Bernama The Siblings
Judul
buku : The
Siblings: Hilangnya Duplikat Pedang Nabi
Genre : Teen
Penulis
: Beby Haryanti Dewi
Penerbit
: PT. Penerbitan Pelangi Indonesia, Jakarta
Tebal
: ix +154 halaman
ISBN
: 978-602-7800-86-1
THE Siblings: Hilangnya
Duplikat Pedang Nabi. Judul novel sangat menarik biarpun penulisnya adalah
warga Aceh yang kini bermukim di Desa Beurabung Kecamatan Darussalam Kabupaten
Aceh Besar.
Ketika pertama sekali mendengar judul novel ini, asumsi
saya langsung mengatakan kalau ini adalah novel yang “berat” serta susah
dicerna. Paling tidak, perlu beberapa hari untuk menyelesaikan bacaannya di
masa-masa sibuk seperti sekarang. Saya membuka halaman pertama novel ini Sabtu
malam, 7 September 2013, pukul 22.00 WIB. Kebetulan, Sabtu adalah hari libur
saya bersama keluarga.
Cerita Airin, yang ditabur garam di bibir oleh adiknya yang
bernama Ando saat tertidur, membuat memori saya melayang pada kenangan saat
seusia tokoh itu. Keceriaan, kepolosan, dan tingkah laku Ando betul-betul
menghipnotis saya untuk membaca novel ini, lembar per lembar.
Beberapa kutipan yang membuat saya tersenyum geli adalah
dialog antara Ando dengan petugas rumah sakit. Bagi saya, penulis benar-benar
menjiwai karakter Ando. Cara penulis menggambarkan sosok Ando membuat karakter
ini begitu hidup sehingga mampu memberikan gambar bergerak dalam imajinasi
pembaca. Membaca novel ini seperti menonton televisi, tapi dalam imajinasi.
Demikian juga saat penulis menggambarkan sosok-sosok
misterius dalam cerita selanjutnya. Berulang kali imajinasi saya terkecoh
dengan opini yang dibangun. Rasanya sudah lama saya tidak merasakan rasa
penasaran saat membaca sebuat cerita, baik novel ataupun komik. Padahal,
membaca adalah tugas utama saya dalam pekerjaan sehari-hari. Namun, novel ini
sukses membuat rasa penasaran saya muncul. Target untuk menyelesaikan bacaan
dalam beberapa hari, ternyata imajinasi malah memaksa saya menuntaskan bacaan pada
malam itu juga.
Hampir enam jam saya menghabiskan waktu untuk menyelesaikan
bacaan novel ini. Tepat Minggu, 8 September 2013, pukul 04.00 WIB dini hari,
bacaan ini selesai. Namun, lagi-lagi, akhir novel ini membuat kantuk saya
hilang. Konflik yang diciptakan penulis membuat saya berandai-andai. Bagaimana
nasib sang antagonis setelah lembar akhir novel ini selesai? Siapa Orang Seram
berjubah hitam itu? Kenapa dia hanya muncul dua kali dalam cerita? Dalam
gambaran penulis, sepertinya sosok itu sangat penting. Ternyata, penulis
sengaja menampilkan Orang Seram itu untuk mengecoh pembaca dan membangun alibi.
Saran saya bagi pembaca, kalau tertarik dengan novel ini,
hendaknya jangan membacanya saat ada kegiatan di pagi hari atau agenda penting
lainnya. Karena, novel ini akan menghipnotis Anda untuk menuntaskan bacaan
hingga selesai.
Murdani Abdullah, pekerja media dan penikmat kopi Aceh.
(Tulisan ini dimuat di Atjehpost, 9 September 2013 pukul 08.00 WIB)