Jumat, 05 Juli 2013

Bersahabat dengan Gempa

Mungkin daerah di Indonesia yang (saat ini) langganan diguncang gempa adalah Aceh. Pasca gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Banda Aceh dan sekitarnya menjelang akhir tahun 2004 lalu, Aceh seperti tak putus-putusnya dilanda gempa; baik dalam skala kecil maupun di atas 8 SR, tipe ayun maupun tremor, pusat gempa di darat maupun laut, bahkan belakangan ditambah dengan gempa vulkanik berhubung Gunung Seulawah Agam berstatus waspada II.

Awal-awal kembali ke Aceh tahun 2008, tentu saja saya ketakutan dan panik. Meskipun saya lahir dan besar di Aceh (kemudian pindah ke luar selama tujuh tahun), tapi seingat saya, dulu gempa di Aceh sangat jarang terjadi. Namun, keadaan berubah drastis setelah gempa dahsyat 2004. Dalam sebulan, bisa terjadi beberapa kali gempa cukup besar. Kalaupun tidak ada, biasanya saya tetap selalu bersiap-siap. Sikap siaga bencana pun harus saya tanamkan pada diri sendiri dan keluarga, terutama anak-anak.

Di sini, saya ingin berbagi tips bagaimana keluarga kami mempersiapkan diri terhadap kemungkinan gempa/tsunami:
1. Kami memilih tempat tinggal yang cukup jauh dari garis pantai.
2. Rumah kami tidak bertingkat, tetapi pondasi bangunannya untuk rumah tiga lantai. Bagian pinggir atapnya dibuat bertipe atap dak, yang memungkinkan kami naik ke atas dengan menggunakan tangga jika keadaan darurat.
3. Pintu keluar dari rumah kami ada lima agar jalan keluar lebih banyak. Dan ada satu pintu yang berfungsi sebagai pintu darurat, yang lebih gampang diakses (dari dalam ke luar).
4. Jika tidur malam, kunci rumah selalu ada di meja samping tempat tidur saya, agar tak repot mencari-cari jika gempa datang malam hari.
5. Kamar anak-anak dibiarkan tidak terkunci, khawatir mereka panik dan tidak bisa membuka kuncinya jika gempa terjadi. Kalaupun kadang mereka mengunci kamarnya, saya selalu mewanti-wanti agar kuncinya dicabut dari pintu agar sewaktu-waktu saya dapat membukanya dengan kunci cadangan.
6. Ada satu tempat tidur yang memiliki kolong dan dibiarkan kosong untuk berjaga-jaga, jika saat gempa tidak sempat keluar, di situ bisa menjadi tempat berlindung (selain meja).
7. Tetap berpakaian sopan meskipun saat tidur, sehingga tidak repot harus berpakaian yang pantas dulu ketika buru-buru keluar ketika gempa terjadi.
8. Tidak berlama-lama jika sedang menggunakan kamar mandi, sehingga tak perlu keluar dalam keadaan seadanya bila tiba-tiba gempa datang.
9. File/surat-surat penting seperti ijazah dan sejenisnya disimpan dalam satu tempat tertutup yang mudah dibawa. Sebelumnya, surat-surat tersebut sudah dalam kondisi laminated.
10. Siapkan satu tas darurat berisi satu setel pakaian untuk masing-masing anggota keluarga yang di-update secara teratur agar pakaian dalam tas tersebut tetap mendapat giliran terpakai.

Sisanya, tentu saja selalu berdoa memohon perlindungan pada Allah Swt. Bagaimanapun, tiada kuasa selain kuasa-Nya.

Sejak terjadinya tsunami, masyarakat Aceh kini memang sudah semakin sadar dan tanggap bencana. Berbeda dengan dulu, di mana umumnya warga Aceh (terutama yang tinggal di kota/bukan di pulau) tidak tahu-menahu soal tsunami, termasuk saya, bahkan mendengar namanya pun tidak pernah. Tak heran, sebelum tsunami datang dan air laut surut beberapa kilometer, malah banyak warga yang sibuk menangkap ikan, bukannya lari menyelamatkan diri.
Semoga tips yang saya share ini bermanfaat dan membuat kita semakin bersahabat dengan gempa.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar