Mungkin daerah di Indonesia yang (saat ini) langganan diguncang gempa
adalah Aceh. Pasca gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Banda Aceh
dan sekitarnya menjelang akhir tahun 2004 lalu, Aceh seperti tak
putus-putusnya dilanda gempa; baik dalam skala kecil maupun di atas 8
SR, tipe ayun maupun tremor, pusat gempa di darat maupun laut, bahkan
belakangan ditambah dengan gempa vulkanik berhubung Gunung Seulawah Agam
berstatus waspada II.
Awal-awal kembali ke Aceh tahun 2008, tentu saja saya ketakutan dan
panik. Meskipun saya lahir dan besar di Aceh (kemudian pindah ke luar
selama tujuh tahun), tapi seingat saya, dulu gempa di Aceh sangat jarang
terjadi. Namun, keadaan berubah drastis setelah gempa dahsyat 2004.
Dalam sebulan, bisa terjadi beberapa kali gempa cukup besar. Kalaupun
tidak ada, biasanya saya tetap selalu bersiap-siap. Sikap siaga bencana
pun harus saya tanamkan pada diri sendiri dan keluarga, terutama
anak-anak.
Di sini, saya ingin berbagi tips bagaimana keluarga kami mempersiapkan diri terhadap kemungkinan gempa/tsunami:
1. Kami memilih tempat tinggal yang cukup jauh dari garis pantai.
2. Rumah kami tidak bertingkat, tetapi pondasi bangunannya untuk rumah
tiga lantai. Bagian pinggir atapnya dibuat bertipe atap dak, yang
memungkinkan kami naik ke atas dengan menggunakan tangga jika keadaan
darurat.
3. Pintu keluar dari rumah kami ada lima agar jalan keluar lebih banyak.
Dan ada satu pintu yang berfungsi sebagai pintu darurat, yang lebih
gampang diakses (dari dalam ke luar).
4. Jika tidur malam, kunci rumah selalu ada di meja samping tempat tidur
saya, agar tak repot mencari-cari jika gempa datang malam hari.
5. Kamar anak-anak dibiarkan tidak terkunci, khawatir mereka panik dan
tidak bisa membuka kuncinya jika gempa terjadi. Kalaupun kadang mereka
mengunci kamarnya, saya selalu mewanti-wanti agar kuncinya dicabut dari
pintu agar sewaktu-waktu saya dapat membukanya dengan kunci cadangan.
6. Ada satu tempat tidur yang memiliki kolong dan dibiarkan kosong untuk
berjaga-jaga, jika saat gempa tidak sempat keluar, di situ bisa menjadi
tempat berlindung (selain meja).
7. Tetap berpakaian sopan meskipun saat tidur, sehingga tidak repot
harus berpakaian yang pantas dulu ketika buru-buru keluar ketika gempa
terjadi.
8. Tidak berlama-lama jika sedang menggunakan kamar mandi, sehingga tak
perlu keluar dalam keadaan seadanya bila tiba-tiba gempa datang.
9. File/surat-surat penting seperti ijazah dan sejenisnya disimpan dalam
satu tempat tertutup yang mudah dibawa. Sebelumnya, surat-surat
tersebut sudah dalam kondisi laminated.
10. Siapkan satu tas darurat berisi satu setel pakaian untuk
masing-masing anggota keluarga yang di-update secara teratur agar
pakaian dalam tas tersebut tetap mendapat giliran terpakai.
Sisanya, tentu saja selalu berdoa memohon perlindungan pada Allah Swt. Bagaimanapun, tiada kuasa selain kuasa-Nya.
Sejak terjadinya tsunami, masyarakat Aceh kini memang sudah semakin
sadar dan tanggap bencana. Berbeda dengan dulu, di mana umumnya warga
Aceh (terutama yang tinggal di kota/bukan di pulau) tidak tahu-menahu
soal tsunami, termasuk saya, bahkan mendengar namanya pun tidak pernah. Tak
heran, sebelum tsunami datang dan air laut surut beberapa kilometer,
malah banyak warga yang sibuk menangkap ikan, bukannya lari
menyelamatkan diri.
Semoga tips yang saya share ini bermanfaat dan membuat kita semakin bersahabat dengan gempa.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar