Minggu, 15 Maret 2009 pukul 23:46:00
Berjilbab di Negeri OrangSepuluh perempuan berjilbab dari Indonesia berada di negeri orang. Apa yang mereka dapatkan?
''Pak, nanti saja shalatnya, kita cari tempat sepi. Nggak enak sama orang-orang di sini, kata temanku.''Kenapa nggak enak? Kita harus nunjukin bahwa Muslim itu bisa shalat di mana aja. Muslim itu bagus!'' bokapnya berapi-api. Beby Haryani Dewi kemudian melanjutkan kisah yang terjadi di Jerman itu.
Begitu sang bapak itu melepas sepatu dan kaus kaki kemudian tanpa alas kaki pergi ke toilet, seorang pengunjung di restoran itu pengin muntah. Ketika sang ayah kemudian shalat di restoran itu, satu per satu pengunjung restoran itu keluar. ''Pemilik restoran keliatan marah banget. Dia langsung ngebanting-banting barang sambil pasang muka geram. Arrrr,'' tulis Beby (hlm 143).
Ada banyak hal yang akan dihadapi Muslim Indonesia yang berada di negeri lain. Bagi Muslimah, keberadaan kerudung yang mereka pakai juga mengundang berbagai pengalaman ketika di luar negeri. Bagaimana rasanya berpakaian menutup seluruh tubuh di tengah orang-orang yang berpakaian minim?
Yang lebih runyam urusan perut. Kalau yang dikunjungi negara Timur Tengah tidak perlu ragu. Makanan dijamin halal. Tinggal mencicipi makanan khas setempat yang lezat. Yang menjadi masalah kalau berkunjung ke negara yang umat Islamnya minoritas.
Yang utama masalah ibadah. Di Indonesia, setiap waktu shalat suara adzan berkumandang di mushala atau di masjid. Di Barat sulit sekali menemukan tempat ibadah. Sedangkan shalat harus dilaksanakan, sehingga muncul adegan seperti yanag diceritakan Beby itu.
Masalah kecil, tapi berdampak besar harus juga dipikirkan ketika berada di negara orang. Para muslimah harus berhati-hati memilih taksi. Bagaimana memilih penginapan yang murah meriah, tempat jalan-jalan yang aman, karena tak semua jalan di luar negeri steril.
Kumpulan pengalaman
Sebelum melancong, luangkan waktu sejenak membaca buku Jilbab Traveller yang ditulis Asma Nadia dan kawan-kawan. Buku yang diterbitkan AsmaNadia Publishing House Depok ini pasti bermanfaat dan bisa dijadikan pegangan ibaratkan buku saku.
Buku ini kumpulan pengalaman sepuluh perempuan berkerudung saat berada di luar negeri. Kehadiran mereka di negara lain dengan kepentingan yang berbeda. Hartati Nurwijaya menetap di Yunani, karena menikah dengan pria Yunani. Ada juga yang ikut suami yang tengah menuntut ilmu di Teheran Iran, Rusia, Jerman, atau Australia. Wina Karnie berbagi pengalaman lebih dari 10 tahun bekerja di Hongkong.
Kaum Muslimah yang pernah/sedang menimba ilmu di Korea, Italia, atau Negeri Paman Sam ikut membagi pengalamannya. Yang lebih seru pengalaman para wanita berudung ini saat liburan keliling Eropa, Rusia, Cina, atau negara Timur tengah.
Tria Barmawi yang bekerja di Cabarete, Republik Dominika di kepulauan Karbia, mengawali kisah buku ini. Karibia adalah kepulauan yang terkenal dengan ombak menantang itu banyak dikunjungi turis manca negara. Namanya kawasan pantai, para turis Eropa berenang, berjemur tanpa busana. Sangat kontras dengan pakaian yang dikenakan Tria tertutup rapat. Saat melihat dia ada yang tercengang. Ada juga yang memanggilnya Bunda Theresa. Pemilik toko setempat pernah menanyakan apakah ini baju model terbaru, membelinya di mana? ''Saya jelaskan inilah pakaian Muslimah, pakaian wanita Islam.''
Kalau di Yunani, Muslimah berjilbab tidak dianggap aneh. Karena banyak perempuan Arab memakai kerudung. Biarawati pun mengenakan pakaian serupa. Di Iran, semua perempuan Iran --apakah itu Yahudi, Nasrani, atau Zoroaster-- wajib mengenakan kerudung. Di Belanda ada juga Muslimah berkerudung. Malah, kata Beby Haryanti Dewi yang tinggal di Jerman, busana Muslimah Belanda jauh lebih modis dibandingkan di Jerman.
Berkaitan dengan pakaian, Beby Haryanti mempunyai kisah lucu. Tidak ada kaitan dengan kerudung. Ini kisah salah kostum (saltum) yang dialami ayah dan pamannya. Ketika ke Jerman mengenakan kaus tangan panjang, sedangkan ayahnya kemeja safari. Padahal suhu saat ini minus 10 derajat celsius. Saking tak tahannya sajadah dibuat menutup kepala, kaus kaki menjadi sarung tangan. Akibatnya bule-bule ngacir dikira orang gila.
Tidak lengkap ke luar negeri tanpa mencicipi makanan setempat. Apalah daya makanan yang disajikan seringkali tak halal. Wisata kuliner Asma Nadia di Korea Selatan terganjal, karena babi. Untuk aman, menurutnya, ''Saya sengaja menyediakan mi instan, kentang kering, dan abon. Jadi kalau kepepet tinggal membeli nasi.''
Demikian pula di Yunani, sulit mencari makanan halal. Pilihan aman mengonsumsi roti psomi, makanan pokok orang Yunani. Alternatif lain mengonsumi buah-buahan yang harganya sangat murah. Selama di luar negeri, paling aman mengunjungi restoran Pakistan, Arab. Mereka dijamin menyediakan makanan halal. Andaikan tak menemukan restoran tersebut, alternatif yang bisa dipilih menjadi vegetarian.
Tempat shalat
Mencari masjid atau tempat shalat di negara Barat tak mudah. Hanya kawasan tertentu menyediakan masjid. Di Yunani sulit mencari tempat shalat. Kalau di bandara, orang Islam terpaksa shalat di ruang tunggu bandara. Kalau di jalan bertepatan waktu shalat, masuk saja ke restoran Pakistan atau Arab yang menyediakan tempat shalat. Kalau tidak bertemu restoran tersebut, shalat di taman kota saja.
Bagaimana di San Fransisco? Tak berbeda. Cari taman umum, pilih lahan agak tertutup, lalu gelar koran. Shalatlah. Jangan heran kalau di taman itu ada yang bermain bola, berciuman, dan Muslimah yang shalat (Anda).Di Amerika, Islamic Center hampir ada di setiap provinsi dan kota besar. Masjid Indonesia di Amerika ada dua, yaitu Masjid Al Hikmah di Long Island City, New York. Satu lagi di Philadelphia, adalah bekas gereja yang dibeli warga Muslim kota Pensylvania. Shalat bisa juga dilakukan taman, lobi gedung, fitting room, pinggir jalan, atau tempat parkir.
Di Hong Kong, tempat ibadah terbatas. Namun, ada dua masjid besar yang letaknya strategis, yaitu Masjid Wan Chai (Islamic Union) yang menjadi basis Muslimah Indonesia. Lainnya, Masjid Jami' di Tsim Sha Tsui (Kowloon Island) menampung 1.000 hingga 1.500 jamaah. Di sekitar masjid terdapat restoran halal Warung Malang Club.
Buku ini semakin sempurna karena di setiap akhir bab dilengkapi aneka tips. Tips sangat lengkap, dari persiapan, sebelum, menjelang, saat berada di negara tujuan. Tips pembagian anggaran keuangan. Berapa sepatu, pakaian, plus kerudung yang harus dibawa. Kiat memilih hotel, kawasan belanja, memilih taksi aman. Tips berada di pesawat. Tips kesehatan, termasuk krem perawatan muka. Dan tips lainnya yang singkat, dan mudah dimengerti.
Buku setebal 308 halaman merinci juga objek wisata menarik di setiap negara yang dikunjungi. Lengkap dengan angkutan menuju lokasi tersebut. Beberapa penulis melengkapi dengan foto hitam putih. Dina merinci, berbagai objek wisata menarik di Damaskus lengkap dengan sejarahnya. Masjid Umayyah, Gerbang Al Faradis yang menjadi andalan Suriah. Negara ini menjadi tempat pemakaman tiga nabi, yaitu Nabi Yahya, Nabi Hud, dan Nabi Khidir. Para tokoh penting seperti Salahuddin Al Ayyubi, Bilal (sahabat Rasulullah) berada di Damaskus. Makam lainnya, Lady Zainab, Ummi Kultsum (cucu Rasulullah, putri Fatimah Az-zahra). Tak dinyana, makam Habil, putra Nabi Adam yang dibunuh saudaranya Qabil ada di Suriah.
Kendala
Yang menjadi kendala selama berada di negara lain adalah bahasa. Mahir bahasa Inggris belum tentu memuluskan perjalanan. Karena penduduk setempat belum tentu mengerti bahasa Inggris. Sebelum berangkat ke negara tujuan, minimal Anda bisa atau mengerti bahasa negara yang dituju. Pilihlah kata-kata umum yang sering diucapkan. Di antaranya, apa kabar, di mana restoran, berapa harganya?.
Jika sama sekali tak mengerti bahasa setempat bisa fatal. Anda akan celingukan, tersesat sehingga mengganggu perjalanan liburan Anda. Untungnya buku ini dilengkapi dengan kisa kata penting berbagai bahasa, seperti Spanyol, Belanda, Korea, Suriah, Jerman, Hong Kong, Cina, Rusia, Iran, Yunani.
Dengan buku pegangan ini, para Muslimah yang akan berangkat ke luar negeri tidak perlu khawatir lagi. Minimal sudah ada gambaran dan kendala yang dihadapi bisa diatasi sejak dini. Selamat melancong. susie eviedia
(-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar